214. BAYAN MAGHRIB MAHASISWA NIZAMUDDIN 1 UNIVERSITAS AL
AZHAR
اِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ . نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ
اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَمَّا بَعْدُ: قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً
سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيمً
Alhamdulillah
Allah subhanahu wa ta’ala telah gerakkan usaha kita dengan taat dan musyawarah.
Saat ini umat telah kehilangan sifat taat, padahal Allah subhanahu wa ta’ala
telah sembunyikan hidayah dibalik ketaatan. Mulai saat ini hendaknya hidup kita
didasari pada ketaatan dan musyawarah. Syaikh Muhammad Yunus mengatakan bahwa
usaha kita ini, yaitu Usaha Dakwah dan Tabligh saat ini telah sampai pada suatu
level, di mana seseorang mendukung atau tidak mendukung, tidak akan
mempengaruhi usaha da’wah ini. Justru orang-orang dalam ambil bagian dalam
usaha da’wah itu sendiri yang bisa menambah atau mengurangi pengorbanannya.
Orang yang istiqamah dengan pengorbanan dalam usaha dakwah maka dia akan
terpilih untuk selalu berada dalam hidayah Allah, sedangkan yang tidak bisa
istiqamah bahkan kurang berkorban dalam usaha dakwah, maka boleh jadi dia bisa
terlempar dari usaha dakwah. Naudzubillah min dzalik. Maulana Sa’ad katakan
“Seseorang tidak bisa mempengaruhi orang lain tapi besar dan kemalasan
pengorbanan dia dalam usaha dakwah yang akan mempengaruhi dirinya sendiri”.
Maulana Yusuf katakan “Oleh karena itu setiap 2 tahun sekali kami minta dari
setiap Negara untuk datang ke Nizamuddin”. Orang-orang bertanya “mengapa tidak
dikirim email atau surat apabila ada arahan lagi ?”, maka beliau katakan “agar
kalian tidak bekerja sesuai dengan pemikiran kalian sendiri tidak sesuai dengan
arahan musyawarah.” Maulana Yusuf katakan “hendaknya ada 3 sifat dalam diri
kita, 1. Kesatuan hati, 2. Kesatuan fikir, 3. Cara yang betul. Karena dengan 3
sifat itu akan ada pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala, dan hendaknya Da’i
mempunyai : 1. Ada pengorbanan atas diri, harta dan waktu, 2. Menangis dan
berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala Hendaknya Da’i memikirkan dan
mengusahakan kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kehendak
Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala hantar para Nabi dan Allah
subhanahu wa ta’ala tidak berikan secara material. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sejak bayi telah ditinggal Ayahnya dan Ibunya, bahkan kakeknya
yang merawatnya pun beberapa tahun kemudian wafat. Belajar dari sejarah Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam agar kita tahu apa yang dibutuhkan dalam usaha
da’wah ini. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikah dengan
Khadijah radhiyallahu ‘anha yang merupakan wanita kaya, sebenarnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pun bisa hidup menjadi orang kaya seperti lainnya,
tapi setelah diangkat nabi dan rasul semua hartanya diinfakkan untuk
kepentingan agama. Kehidupan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam setelah baligh
(sebelum diangkat menjadi Nabi) maka Rasulullah telah mengetahui apa yang
dikerjakan di sekitar ka’bah misal Zina di dalam Ka’bah, thowaf telanjang, mabuk,
judi dan lain-lain, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun saat itu
memikirkannya. Rasulullah pun pernah mengumpulkan 40 orang tentang masalah ini
tapi dari 40 orang ini tak punya risau sama sekali. Maka Rasulullah menyendiri
di Gua Hira’ bertahannut (menyepi diri dengan tafakkur dan tadabbur)
selama 40 hari, berdo’a dan memikirkan masalah ini sehingga Khadijah
radhiyallahu ‘anha mengirimkan makanan ke Gua Hira’, dan tak satupun orang yang
ikut. Jadi kita tahu bagaimana Rasulullah mulai usaha da’wah ini. Setelah
diangkat menjadi Rasul, dari 40 orang hanya satu yang ikut Rasulullah untuk
jalankan usaha da’wah. Ketika itu dalam Gua Hira’ datang malaikat Jibril
‘alaihis salam dengan bentuk aslinya yang mana sayapnya sangat besar dan luas,
dan tubuh yang sangat besar dan tinggi. Dan Rasulullah ketika itu pun
ketakutan, tapi Allah subhanahu wa ta’ala berikan ketenangan dan Jibril pun
memerintahkan Iqro’ 3x dan didekap dengan badan sebesar itu. Maka kata Masyaikh
dalam membaca hadits hendaknya dibaca 3 x. Itulah langkah pertama Allah
subhanahu wa ta’ala mulai jalankan usaha da’wah ini dan Rasulullah pun pulang
ketakutan dan bertemu istrinya dan diberikan hidayah untuk masuk islam. Maka
kita singkirkan pikiran kita bahwa untuk jalankan ini usaha butuh kekayaan,
pemerintahan, jumlah yang banyak dan lainnya, tapi hendaknya kita pikir usaha
ini dapat jalan hanya dengan pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala. Yang
pertama Rasulullah pun habiskan kekayaannya sampai habis hingga wafat tanpa
apapun. Selama umat ini merasa tidak memiliki kekuatan apapun maka Allah
subhanahu wa ta’ala akan berikan kekuatan dan keselamatan, seperti angka nol
(0) yang tidak ada nilainya kecuali apabila ditambah angka (1), maka akan
menjadi bernilai yaitu 10. Apabila semua yang hadir di sini merasa menjadi nol,
yaitu merasa tidak ada kemampuan apa-apa, tetapi melaksanakan usaha dakwah
dengan penuh keyakinan karena dakwah ini diperintahkan oleh Allah subhanahu wa
ta’ala, maka Allah akan memberikan kekuatan dan sudah cukup untuk dakwah ke
seluruh dunia. Setelah diangkat menjadi Rasul, Rasulullah berkata kepada
istrinya, mulai saat ini tidak ada istirahat lagi. Apabila umat ini tidak
sanggup meninggalkan ketenangan atau waktu istirahatnya, maka Allah tidak akan
turunkan angin hidayah. Dikatakan Masyaikh apabila semua orang di dunia ini
keluar 4 bulan tidak akan bisa menghilangkan kebatilan, dan baru bisa
menghancurkan kebatilan apabila perasaan yang ada dalam hati, kita korbankan
karena Allah. Saat ini kita belum bisa hancurkan kebatilan yang ada dalam hati
kita, karena kita belum bersungguh-sungguh mengorbankan diri, waktu dan
perasaan di jalan Allah. Bagaimana Rasulullah mulai usaha da’wah ini, dimulai
dari keluarga yaitu Rasulullah habiskan semua hartanya, dan harta keluarganya
sehingga anak-anak beliau menangis, Khadijah radhiyallahu ‘anha menangis, tapi
bukan karena harta habis, tetapi karena anak-anaknya menangis (mubayin mau
menangis). Mubayin bertanya,”apakah ada yang bisa menghancurkan kekuatan Allah
?” jawab hadirin, “Tidaaak”, lalu beliau berkata “lalu mengapa kalian takut
lakukan pengorbanan?” Sebagaimana tidak ada yang bisa hancurkan kekuatan Allah,
maka begitu juga tidak ada yang bisa hancurkan yang ikut dalam usaha da’wah.
Maka orang kafir pun memutuskan hubungan dengan umat islam dan menuliskannya di
depan ka’bah, bahwa kami (orang kafir) putus hubungan dengan Muhammad dan
pengikutnya, tapi Rasulullah katakan kepada pamannya hendaknya dituliskan Allah
dan RasulNya saja. Laa ilaaha illallaah Muhammadur rasuulullaah, jadi nama Nabi
berada di tengah-tengah Allah, sehingga tidak ada satupun kekuatan yang dapat
menghancurkan Rasulullah. Orang yang hidup mencontoh kehidupan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, maka tidak ada satu kekuatan batil pun yang akan
menghancurkan kita, maka perlu kita hidupkan sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam yaitu 3 perkara Siroh (bentuk nabi), Suroh (Kehidupan nabi)
dan Syariroh (fikir dan risau nabi). Alhamdulillah suroh dan siroh sudah
sedikit demi sedikit kita mulai mencontoh nabi, tapi dalam syariroh kita masih
jauh, kita masih ada pikir bagaimana ikut usaha da’wah tapi tidak rugi
perdagangan kita, biar tidak hilang dunia kita dan lain-lain. Usaha Dakwah dan
Tabligh ini adalah usahanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka harus
dengan cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jangan sampai kita ingin
buat usaha Dakwah dan Tabligh ini, tapi ingin hidup seperti orang kafir. Kita
harus korban seperti korbannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ini
tidak hanya Rasulullah saja yang berkorban tapi juga seluruh sahabat beliau.
Dalam peperangan khaibar 3 bulan Rasulullah dalam rumah tidak nyala api.
Mubayin bertanya, “Coba kita buktikan sekarang, orang islam mana yang ada yang
3 bulan tidak nyala api dapurnya?” hadirin menjawab, “Tidak”, beliau lanjutkan
lalu mengapa takut jalankan usaha da’wah. Sampai di Madinah, masjid Nabawi 9
tahun tidak nyala lampu, lalu bagaimana kehidupan Rasulullah dan para sahabat.
Rasulullah dan sahabat susah payah semua dalam rangka untuk agama Allah dan itu
selama 23 tahun, tidak 40 hari atau 4 bulan. Maka sampai akhir hayat pun di
rumah Rasulullah pun tidak ada lampu yang menyala. Maka orang pun bertanya
kepada A’isyah radhiyallahu ‘anha tentang hal itu, dijawab kalau seandainya ada
minyak samin di rumah kami, maka kami pasti akan meminumnya karena kelaparan.
Pengorbanan untuk agama Allah bukan sekedar 40 hari atau 4 bulan, tapi semua
yang kita punya kita korbankan. Bagaimana selepas 13 tahun buat usaha da’wah,
kehidupan Rasulullah dan para sahabat semua telah sempurnakan pengorbanan, baru
tahun ke 2 Hijrah (perang badar) Allah berikan pertolongan. Pertolongan ketika
itu Allah turunkan malaikat, maka bagaimana pengorbanan kita untuk agama ini?
Sedangkan sahabat selama 13 tahun telah korbankan seluruhnya untuk agama ini.
(Mubayin dengan nada menangis) beliau menyampaikan. Pada peperangan khaibar
mendapatkan ghanimah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membagi
semuanya kepada umat islam dan saat itu istri Rasulullah menunggu untuk
mendapatkan makanan, minuman, minyak dan lainnya, tetapi Rasulullah kembali
dengan tangan kosong dan ketika itu istri Rasulullah bertanya tentang hal itu
maka Rasul katakan saya dikirim ke dunia ini bukan untuk hidupkan dapur
keluargaku tapi dapur semua umat islam. Maka kalau kita tidak ikut cara
Rasulullah, maka sulit untuk mendatangkan hidayah dari Allah. (Mubayin
Menangis) Oleh karena itu setelah membentuk jamaah para sahabat diteruskan oleh
tabi’in dan selanjutnya diteruskan oleh tabi’-tabi’in, bahkan 2 abad berjalan maka
muncul ulama-ulama, seperti di kota Bukhoro yang melahirkan Imam Bukhari yang
mana orang alim saat ini kalau belum ngaji kitab Bukhari belum disebut alim.
Namun karena usaha Dakwah dan Tabligh ini ditinggalkan oleh ummat berikutnya
secara ijtima’i kemudian secara berangsur-angsur kesuksesan yang diraih oleh
ummat Islam terdahulu semakin menurun, sehingga orang sudah tidak mengenal lagi
ketinggian usaha Dakwah dan Tabligh yang dibuat oleh Rasulullah dan para
sahabat. Beberapa tahun yang lalu (30 - 35 tahun), jamaah dikirim ke
Bukhoro (sekarang ada di wilayah Rusia), jamaah bertemu dengan seorang nenek.
Nenek ketika itu melihat jamaah berpikir bahwa jamaah ini adalah orang islam
dilihat dari penampilannya berjubah dan bersurban. Nenek itu pun bertanya apakah
jamaah bawa Al Quran, ketika itu jamaah tidak membawa Al Quran, karena
ditinggal di Masjid. Lalu nenek itu pun minta supaya besok dibawakan Al Quran
ke rumahnya. Besoknya jamaah datang ke rumahnya dan ternyata nenek itu telah
menunggu di depan pintu. Jamaah dipersilakan masuk dan langsung nenek meminta
untuk diperlihatkan Al Quran. Setelah jamaah memberikan Al Quran kepada nenek
tersebut, nenek itu menangis karena diberikan kesempatan untuk melihat Al Quran
selama masih hidup dan bahkan dia berjanji barang siapa yang memperlihatkan Al
Quran kepadanya, maka dia akan memberikan kotak yang berisi seluruh perhiasan
dia. Lalu diambillah kotak tersebut untuk diberikan kepada jamaah. Demikianlah,
apabila usaha Da’wah dan Tabligh ditinggalkan secara ijtima’i, di kota Bukhoro
dulu yang keluar ulama’-ulama’ tapi sekarang untuk melihat Al Quran saja sulit.
Hendaknya kita merasa kasihan kepada seluruh ummat, binatang saja kalau ada
yang jatuh ke api, orang kafir pun ingin menyelamatkannnya, lalu bagaimana
kalau manusia yang jatuh ke api neraka. Apakah ada pikir lain dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali untuk berfikir dan berupaya menyelamatkan
ummat ini dari api neraka. Alhamdulillah, Allah subhanahu wa ta’ala telah
berikan taufiq kepada Maulana Ilyas rahmatullah ‘alaih untuk memikirkan ummat
ini, ia pergi haji ke Baitullah menangis merisaukan ummat ini dan berdo’a
kepada Allah agar diberikan solusinya. Setelah pulang dari haji beliau terus
menangis dan berdo’a seperti itu juga, berhari-hari dalam keadaan seperti itu
hingga istrinya bertanya, “wahai suamiku ada apa? Kenapa engkau menangis
seperti ini ?” Jawab beliau, kalau saja ada dua orang yang menangis, maka Allah
subhanahu wa ta’ala akan turunkan hidayah. Akhirnya keduanya sering menangis
dan untuk kedua kalinya beliau pergi haji dan terus berdo’a, sehingga
mendengar suara kembalilah dan kerjakan usaha Dakwah dan Tabligh ini. Beliau
bertanya kepada ulama’-ulama’ di Madinah, bagaimana ini saya tidak sanggup
jalankan usaha ini. Kata ulama’ di Madinah, “jalankanlah usaha itu karena bukan
kamu yang akan menjalankannya tetapi Allah yang akan memberi kekuatan untuk
jalankan usaha itu sehingga usaha kamu diterima.” Sesampainya beliau di rumah,
semua kekayaan yang beliau miliki dikorbankan dan istrinya pun diceritakan
tentang pengorbanan Fatimah radhiyallahu ‘anha, Khadijah radhiyallahu ‘anha dan
sahabiyah-sahabiyah lainnya radhiyallahu ‘anhum, sehingga istri beliau pun
menyerahkan seluruh hartanya dan mulailah usaha ini tersebar sampai ke seluruh
dunia. Lihatlah betapa dengan 1 orang saja buat usaha Dakwah dan tabligh dengan
pengorbanan, bisa buat perubahan di seluruh dunia, maka apabila 10 orang saja
di Indonesia atau di P jawa atau di Madura ini buat pengorbanan yang sama, maka
akan cukup untuk merubah dunia ini. Allah subhanahu wa ta’ala letakkan pondasi
usaha ini mulai dari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yaitu pengorbanan Nabi
Ibrahim, Nabi Ismail ‘alaihis salam dan Siti Hajar hingga dapat berdiri
Baitullah. Asbab pengorbanan mereka, kita lihat bagaimana banyak orang sampai
saat ini berkunjung ke Ka’bah. Sama juga dengan pengorbanan Rasulullah dan
sahabat dalam perang Tabuk, dimana saat itu harus meninggalkan kurma yang akan
panen, maka asbab pengorbanan mereka, saat ini orang pergi haji akan pulang
dengan membeli kurma Madinah. Begitu juga dengan pengorbanan Maulana Ilyas yang
membuat jamaah dengan kekurangan makanan, sehingga saat ini jamaah pun tidak
pernah kelaparan lagi. Sekarang jangan lihat dulu korban Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, tapi lihat bagaimana Maulana Ilyas rahmatullah ‘alaih yang
mana beliau korbankan hartanya hingga kelaparan, sehingga saat ini ribuan orang
datang ke rumahnya dapat makan terus. Mubayin bertanya, “Darimana ini?”, jawab
hadirin, “dari khasanah Allah”, mubayin melanjutkan, “lalu apakah khasanah
Allah hanya untuk rumah beliau ?”, jawab hadirin, “tidak”, lanjut beliau lagi,
”lalu mengapa kalian takut berkorban.” Mubayin bercerita tentang permisalan
datangnya rejeki Allah, kita mengangap saat ini apabila kita memasang kran
seperti perdagangan, kantor, pertaniaan adalah tempat untuk mengalirkan rejeki,
namun jawab beliau sesungguhnya kita ini mempersempit aliran rejeki dari Allah.
Maka kalau kita tidak meninggalkan ini kran-kran maka rizki Allah akan sulit
mengalir. Di kubur akan ditanya siapa Tuhanmu, kalau kita tidak melepas itu
kran makan akan susah untuk menjawab. Kita akan menjawab toko yang memelihara
saya, anak akan menjawab bapak yang memelihara saya, istri akan menjawab
suamiku yang memelihara saya. Oleh karena itu semua siap untuk melepas kran????
Diawali dengan korban selama 4 bulan ,…. Insya Allah. (Tasykil).
No comments:
Post a Comment